Lahan Gambut Yang Keritis
Desa Agung Jaya merupakan desa Transmigrasi tahun 1991 yang terletak di kecamatan lalan, kabupaten musi banyuasin, provinsi Sumatera Selatan.Wilayah ini merupakan wilayah lintasan kanal karena jumlahn ...
Load More
Desa Agung Jaya merupakan desa Transmigrasi tahun 1991 yang terletak di kecamatan lalan, kabupaten musi banyuasin, provinsi Sumatera Selatan.
Wilayah ini merupakan wilayah lintasan kanal karena jumlahnya banyak maka setiap kampung diberi nama sesuai dengan penomoran kanal tersebut. Seluruhnya berjumlah 20 dalam satu kecamatan Lalan. Dan kemudian di singkap dengan P untuk istilah primer (kanal primer). Desa Agung Jaya adalah desa yang terletak di Primer 17 (P17), hingga saat ini dikalangan masyarakat lebih mengenal sebutan desa Agung Jaya dengan sebutan P17.
Hidrologi Gambut di desa Agung Jaya dilalui oleh sungai lalan yang bermuara kesungai banyuasin, dengan fungsi utama sebagai alat transportasi desa Agung Jaya. Sebagai desa transmigrasi di bangun sebuah kanal besar atau kerap dikenal dengan primer yang fungsi utamanya untuk pengairan lahan pertanian masyarakat.
Dengan seiring perkembangan serta perubahan pola tanam masyarakat yang sebelumnya mengusahakan pertanian pasang surut dan tadah hujan berupa padi dan palawija dengan beralih menjadi penggarap kelapa sawit dengan mayoritas plasma dengan perusahaan, dibangun pula kanal kanal oleh masyarakat serta oleh Perusahaan perkebunan Sawit. Hal ini bertujuan untuk mengeringkan lahan agar tingkat kebasahannya lebih ideal untuk perkebunan kelapa sawit.
Proses ini berjalan sampai tahun 2000an ditambah dengan masuknya perusahaan kelapa sawit yang menyebabkan pola pertanian berubah menjadi pola Perkebunan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawitpun menjadikan pembangunan kanal yang lebih banyak. Faktor faktor tersebut di atas di tambah dengan masifnya aktifitas land clearing baik dengan pola stacking maupun pembakaran yang membuat kerentanan gambut diwilayah ini menjadi semakin tinggi. Dan juga Pembuatan drainase mengakibatkan lahan gambut mengalami subsiden (penurunan muka tanah) akibat pemadatan dan berpotensi mengalami kekeringan yang berdampak pada rendahnya kemampuan menahan air pada lahan gambut. Sehingga menyebabkan Lahan gambut semakin rapuh dan mudah memicu terjadinya kebakaran.
Persoalan ini muncul dikarenakan pengetahuan masyarakat yang masih kurang paham akan pentingnya dan manfaat dari ekosistem gambut yang ada di desa merka sendiri. Saat ini bekas lahan terbakar khususnya tahun 2015 menjadi lahan yang tidak dapat dikelola kembali.
Sehingga penyadaran serta pencegahan menjadi penting termasuk tindakan untuk merestorasi gambut melalui Rewetting, Revegetasi serta Revitalisasi sumber mata pencarian masyarakat terus ditingkatkan dimulai dari tingkat tapak masyarakat.
Untuk mendownload aplikasinya bisa ke
Play Store