MENANAM HARAPAN DILAHAN GAMBUT SEBANGAU MULYA
Siapa lagi kalau bukan kita,perubahan harus diawali dari diri kita sendiri,contoh terbaik dari perubahan adalah sebuah tindakan nyata yang diawali dari diri sendiri baru kemudian patut un ...
Load More
Siapa lagi kalau bukan kita,perubahan harus diawali dari diri kita sendiri,contoh terbaik dari perubahan adalah sebuah tindakan nyata yang diawali dari diri sendiri baru kemudian patut untuk diteladani ungkap Suparmin ( 65 ) saat ditanya siapa yang paling berperan dalam upaya perubahan perilaku petani dari metode pengolahan lahan dengan cara membakar menuju kepada metode pengolahan lahan dengan cara tanpa membakar di desa Sebangau Mulya Kecamatan Sebangau Kuala Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah.Suparmin merupakan salah satu warga desa Sebangau Mulya yang berprofesi sebagai petani mencoba dengan secara mandiri dan bertekad keras untuk mencari jalan keluar dari semakin masifnya larangan membakar dalam membuka dan mengolah lahan yaitu dengan cara mencoba menerapkan metode pengolahan lahan tanpa bakar dan kemudian mencari komoditas tanam yang dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat desa Sebangau Mulya yaitu melalui budidaya bawang merah yang ditumpang sarikan dengan tanaman padi varietas gogo.
Pengelolaan lahan gambut memang tidak mudah.Bagi sebagian kecil masyarakat di desa Sebangau Mulya membakar lahan gambut merupakan cara yang praktis dan sangat murah secara biaya dalam membuka dan mengelola lahan.Selain tidak perlu melakukan pembersihan lahan,abu dari hasil sisa pembakaran dapat dimanfaatkan sebagai penetralisir tingkat keasaman tanah sehingga dapat menciptakan lingkungan yang layak untuk menjadi media tumbuh tanaman secara optimal.Namun cara tersebut bukan lagi menjadi pilihan saat ini dikarenakan oleh semakin masifnya peraturan pelarangan membakar.Di samping itu juga,masyarakat desa Sebangau Mulya sudah pernah mera sakan kerugian besar akibat dampak kebakaran hebat pada tahun 2015,menurut informasi dari ketua BPD desa Sebangau Mulya atas nama Suwaji ( 55 ) bahwa luasan kebakaran mencapai kisaran kurang lebih 350 hektar lahan dan ladang perkebunan masyarakat Sebangau Mulya terbakar.Belum lagi kerugian masyarakat Sebangau Mulya dari segi kesehatan,berdasarkan informasi yang diperoleh dari salah satu tenaga kesehatan yang bertugas untuk wilayah desa Sebangau Mulya yaitu Heni ( 38 ) bahwa sejumlah 15 masyarakat dewasa dan anak-anak terkena serangan Infeksi saluran pernafasan akut ( ISPA ),3 diantaranya terkena serangan ISPA kronis sehingga harus dirujuk menuju Rumah sakit umun Kabupaten Pulang pisau.
Belajar dari peristiwa tersebut Suparmin berupaya menerapkan metode pengolahan lahan yang ramah terhadap lingkungan yaitu dengan cara tanpa harus membakar atau yang saat ini dikenal dengan metode pengolahan lahan tanpa bakar ( PLTB ).Akhirnya Suparmin mencoba menginisiasi pengolahan lahan pekarangannya dengan cara tanpa membakar.Adapun cara pengolahan lahan yang diterapkan oleh Suparmin yaitu pertama-tama dengan menebas semak-semak yang tumbuh dilahan hingga sampai ke akar-akarnya,selanjutnya hasil tebasan tersebut di gulut atau digulung kemudian disisihkan pada pinggiran lahan dan dibiarkan membusuk,hal ini bertujuan guna memperoleh pupuk alami dari hasil pembusukan rumput-rumput tersebut.Kemudian selanjutnya Suparmin menyemprot lahan tersebut secara tipis dengan menggunakan herbisida atau obat rumput,hal ini dilakukan guna menanggulangi tumbuhnya gulma,baru kemudian lahan dicangkul sedalam kurang lebih 30 cm dan ditumpuk hingga membentuk gundukan tanah yang memanjang setinggi kurang lebih 50 cm atau yang disebut " baluran " menurut istilah masyarakat desa Sebangau Mulya.Adapun tujuan membuat baluran yaitu untuk :
1.) menghindari tanaman agar. tidak kebanjiran.
2.) menguapkan kandungan asam yang ada ditanah agar tidak mengganggu proses pertumbuhan tanaman.
Hal ini sesuai dengan penjelasan Kepala BP3K Kecamatan Sebangau Kuala Sumardoko ( 42 ) saat fasdes DPG desa Sebangau Mulya berkunjung (25/12/2018 ) beliau menerangkan bahwa hasil pengecekan lapangan mengenai kedalaman zat pirit pada lahan pertanian Kecamatan Sebangau Kuala sangat dangkal dan sangat relatif yaitu 50 cm,45 cm,dan bahkan ada yang hanya sedalam 35 cm,sehingga para petani di Kecamatan Sebangau kuala dihimbau jika ingin mengolah lahannya dengan cara dicangkul ataupun di traktor maka kedalamannya harus lebih dangkal dari kedalaman tersebut,hal ini menghindari penguapan zat pirit kepermukaan tanah yang akan menyebabkan kerusakan pada tanaman bahkan pada kematian tanaman tuturnya.
Selanjutnya setelah terbentuk baluran dengan ketinggian kurang lebih 50 cm,baluran tersebut dibiarkan terlebih dahulu kurang lebih 1 minggu lamanya agar keasaman tanah dapat menguap secara optimal,baru kemudian baluran tersebut ditaburi kapur pada permukaannya,jika tidak memiliki kapur dapat juga menggunakan abu dari sisa hasil pembakaran sekam dan jerami padi.Pemberian kapur ataupun abu bertujuan guna meningkatkan Ph tanah sehingga dapat menjadi media tanam dan tumbuh tanaman secara optimal.Setelah diberikapur atau abu kemudian baluran ditutup dengan mengunakan plastik mulsa dan sekaligus membuat lubang-lubang pada plastik mulsa tersebut dengan diameter lubang kurang lebih 10 cm,pembuatan lubang dapat menggunakan kaleng susu kental manis yang telah dipanasi terlebih dahulu ataupu dengan cara di " gejik " istilah bahasa jawanya yaitu dengan cara menumbukkan sebuah kayu pada permukaan plastik mulsa hingga membuat sebuah lubang.Lubang-lubang inilah yang akan digunakan sebagai media penanaman,pada lubang tersebut kemudian diberikan pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan ternak seperti sapi,kambing maupun ayam secukupnya hingga memenuhi lubang,selain diberikan pupuk kandang juga diberikan pupuk kimia hasil pabrikan yaitu urea,dan Npk masing-masing sebanyak 1 sendok.Setelah pemberian pupuk tersebut media dibiarkan selama kurang lebih 2 minggu agar pupuk kimia dan pupuk kandang dapat terurai secara sempurna,adapun ciri-ciri pupuk kimia dan pupuk kandang telah terurai secara sempurna yaitu sudah tidak terlihat bentuk daripada pupuk tersebut,jika pupuk terah terurai secara sempurna baru kemudian tanaman siap ditanam pada media dan tidak perlu memberikan pupuk lagi hingga panen ujarnya.Biaya yang dikeluarkan Suparmin mencapai Rp 5.000.000 juta untuk keperluan pengolah lahan,pembelian pupuk dan pembelian bibit tanaman.
Suparmin memilih bawang merah yang ditumpang sarikan dengan tanaman padi sebagai komoditas tanamnya.Alasannya kenapa menumpang sarikan dengan padi karena hasil padi dapat digunakan sebagai stok sumber pangan buat keluarganya dan bawang merah digunakan sebagai komoditas ekonominya.Menurut Suparmin kondisi kesuburan dan cuaca di desa Sebangau Mulya memungkinkan untuk budidaya bawang merah asal harus dilakukan perawatan secara intensif tegasnya.Bawang merah memiliki nilai jual yang cukup tinggi di Sebangau Kuala,1kg bawang merah mentah dapat mencapai harga rata-rata Rp 35.000/kg.Hali inilah yang memotivasi Suparmin untuk mencoba membudidayakan bawang merah dengan luasan lahan yang sekitar 1/8 hektar dengan ditumpang sarikan tanaman padi seluas 1/4 hektar.
Dengan kalimat " Bismillahirrohmanirrohim " dan bekal pengalamannya berbudidaya bawang merah di jawa selama 10 tahun Suparmin memberanikan diri bercocok tanam dengan membudidayakan bawang merah.Menurut pengalaman Suparmin potensi hasil dengan luasan tanam 1/8 hektar dapat ditaksir dapat mencapai kurang lebih 1 ton jika tidak mengalami kendala.Dengan semangat keswadayaan dan tekad yang bulat Suparmin menanam harapan meningkatnya ekonomi keluarganya diatas lahan gambut desa Sebangau Mulya.Demikian ekpektasi yang diucapkan Suparmin saat fasdes DPG Sebangau Mulya berkunjung dilahan budidaya bawang merah miliknya.Dan semoga apa yang dilakukan Suparmin dapat menjadi inspirasi dan di dupilkasi oleh masyarakat desa Sebangau Mulya khususnya dan masyarakat kecamatan Sebangau Kuala pada umumnya guna menuju pengolahan gambut yang lestari.
Untuk mendownload aplikasinya bisa ke
Play Store