Desa Kuala Sungai Jeruju Kecamatan Cengal Kabupaten OKI telah menjadi sentra penghasil ikan asin di Desa Kecamatan Cengal. Kita akan menemui usaha pembuatan ikan asin dan terasi hampir di tiap RT. Dahulu desa ini hanyalah desa kecil terpencil yang dihuni oleh beberapa kepala keluarga saja, namun kini desa ini telah dihuni oleh ratusan kepala keluarga.
Desa Kuala Sungai Jeruju kini dipenuhi rumah-rumah pengrajin ikan asin, sementara lautnya dipenuhi kapal-kapal nelayan dan hasil tangkapanya pun tergolong relatif tinggi tergantung dari cuaca laut.
Desa dengan produksi Ikan Asin ini terasa sangat hidup dan sibuk di saat tangkapan ikan melimpah. Masyarakat berdatangan bahkan dari untuk pengolahan, penyortiran, pengemasan, serta pemasaran ikan asin ke daerah lain seperti ke desa tetangga maupun daerah diluar kecamatan.
Namun, untuk mendapatkan pasokan ikan teri segar, udang rebon segar masyarakat desa tak bisa lagi hanya mengandalkan tangkapan dari laut atau perairan terdekat. Mereka bahkan harus melaut cukup jauh hingga ke perairan keluar Teluk lampung rawa jitu dan perairan bangka belitung.
Ketika hasil tangkapan sedang tidak baik, beberapa masyarakat desa akan beralih profesi sementara ke sektor informal seperti pekerja bangunan, buruh lepas, atau membantu dibidang pertambakan.
Sebenarnya, Desa Kuala Sungai Jeruju memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan sebagai wisata bahari dengan pemandangan alamnya yang eksotis dari tumbuhan bakau yang terbentang hijau ditepian pantai. Terlebih lagi, akses menuju desa tidaklan sulit hanya saja jarak tempuh agak lumayan jauh sekitar 70 Km dari kota Kayu Agung kabupaten OKI. Desa Kuala Sungai Jeruju dapat dijangkau dengan menaiki speedboat/ perahu nelayan dari Tulung selapan. Akan tetapi, tampaknya masyarakat desa sudah terbiasa hidup dengan mengandalkan hasil perikanan. Oleh karena itu, dikondisi sulit pun mereka tetap mempertahankan eksistensi desa sebagai desa pembuat Ikan Asin dan terasi. Caranya adalah dengan menjaga kualitas dan mutu ikan asin serta mengharamkan penggunaan pengawet kecuali garam.
Sebagai informasi, kualitas ikan asin sangat ditentukan oleh bahan baku dan produksi. Agar tidak rusak atau busuk, ikan asin langsung direbus di tengah laut karena dibutuhkan waktu tempuh yang cukup lama untuk mencapai daratan. Garam yang digunakan pun harus garam dengan mutu yang tepat.
Masyarakat desa juga tetap berusaha mempertahankan citra berpenghasil ikan yang dibuat ikan asin dengan tetap memproduksi ikan asin meskipun dimusim paceklik. Nelayan tetap melaut meskipun hasil tangkapan sedikit dan merugi demi tetap berproduksi.
Mereka menyadari, keahlian mereka dalam mengolah ikan asin menjadi bernilai tambah masih kurang. Hal ini juga terjadi karena keterbatasan teknologi yang dimiliki. Oleh karena itu, bantuan pemerintah dalam hal kemudahan mendapatkan pinjaman perbankan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan bantuan pemasaran produksi ikan secara aktif akan sangat membantu.
Masyarakat Desa telah diwarisi keterampilan turun menurun dalam memproduksi ikan asin. Akan tetapi keterampilan mengemas dalam berbagai bentuk yang jauh lebih menguntungkan daripada menjual ikan asin mentah tak diwariskan oleh pendahulu mereka. Agar peran Pulau Ikan Asin tak makin redup, produksi ikan asin perlu ditopang sektor lainnya, seperti kuliner dan wisata bahari.